TENTANG AKADEMI KEPOLISIAN
Status: Kedinasan (Departemen Pertahanan)
Alamat: Jl. Sultan Agung 131, Candi Baru, Gajah Mungkur, Semarang 50232, Jawa Tengah. Telepon: (024) 8411680, 8411690, 8411700. Faks.: (024) 8310074. Gubernur: Irjen Pol Drs Ismerda Lebang. Masa jabatan: November 2002 – sekarang.
Sejarah Singkat
Tanggal Berdiri: 1 Oktober 1965 di Sukabumi
Pendiri: Departemen Pertahanan RI.
Pendiri/pelopor Sekolah Polisi bagian Menengah ini adalah R.S. Soekanto Tjokrodirdjo selaku Kepala Kepolisian Negara (waktu itu). Diresmikan Presiden RI pertma Ir Soekarno pada 17 Juni 1946 di Mertoyudan, Magelang. Pada 1 September 1946, Akademi Polisi pindah ke Jalan Senopati, Yogyakarta. Ketika Pemerintah RI pindah ke Jakarta, sekolah polisi ini ikut ke Jakarta (Jalan Tambak 2). Pada 1 September 1950, Akademi Polisi berubah nama menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Pada 25 Mei 1965 dibentuk Sekolah Akademi Kepolisian (SAK) di Sukabumi.
Pada 1 Oktober 1965 SAK giliran berubah namanya menjadi Akademi Angkatan Kepolisian. AKABRI diresmikan 16 Desember 1965, dan AAK menjadi AKABRI Bagian Kepolisian. Kampus berpindah dari Sukabumi ke Candi Baru, Semarang. Nama akademi ini masih berubah lagi menjadi Akademi Kepolisian (1985), dan pada 9 April 1999 Akademi Kepolisian lepas dari Mako AKABRI (langsung di bawah Kapolri).
Profil
Jenjang pendidikan: D3. Jumlah mahasiswa (2003): 694 (Tingkat I –Taruni: 220, Taruni: 31. Tingkat II – Taruna: 199. Tingkat III: Taruna: 244).
Jumlah lulusan 2003: 243. Jumlah pendaftar (2002/2003): 15.000.
Jumlah mahasiswa diterima (2002/2003): 251. Jumlah alumni (1968-2002): 6.990. Jumlah dosen: 269 ( S1: 122, S2: 27, S3: 3, Profesor: 2, Lain-lain: 115). Luas kampus: 125 hektare.
Fasilitas Kampus
Ruang kuliah: Ruang Gabungan 1 (kapasitas 1.000 orang). Ruang Besar 1 (kapasitas 400 orang). Ruang Sedang 7 (kapasitas 80 orang). Ruang Kecil 20 (kapasitas 50). Ruang Simulasi 21 (kapasitas 15 orang). Perpustakaan: seluas 1.400 m2, koleksi 124.000 eksemplar. Laboratorium: Bahasa, Komputer, Fotografi, Forensik, Olah TKP. Kegiatan mahasiswa: Marching Band, Band, Beladiri, Kesenian daerah, Olahraga Umum, Keagamaan. Fasilitas lain: Lapangan olahraga (sepakbola, tenis lapangan terbuka dan tertutup), Gedung Olahraga, Stadion, Kolam renang, Doyo, Rumah Sakit, Asrama (Graha Taruna Wiratama Muda), Agrowisata, Ruang Rekreasi, Gedung Pertemuan, Pool Kendaraan.
Pendaftaran Mahasiswa Baru
Bagian informasi pendaftaran: Polda, Polwil, Poltabes, Polres seluruh Indonesia. Waktu pendaftaran: April-Mei. Syarat: 1.Persyaratan Umum: Warga Negara Indonesia. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Setia kepada NKRI. Berpendidikan minimal SMU/sederajat. Usia minimal 18 tahun. Sehat jasmani dan rohani. Tidak pernah dipidana sebagai pelaku kejahatan. Berjiwa jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI. Bersedia bertugas di semua bidang tugas kepolisian.
2.Persyaratan Lain: Berijazah serendah-rendahnya SMA/sederajat dengan ketentuan: Lulusan 1999 atau sebelumnya dengan nilai minimal rata-rata 7. Lulusan 2000-2002, dengan nilai rata-rata minimal 6,5 untuk jurusan IPS, 5,75 untuk jurusan IPA. Bagi yang masih kelas III SMU menggunakan nilai rapor rata-rata semester I minimal 7 (disahkan kepala sekolah). Lulusan D3/S1 dan Bintara/Tamtama Polri, berijazah SMU/sedarajat sesuai ketentuan di atas. Lulusan yang mempunyai visus mata dapat dikoreksi sampai dengan 1 dioptri, NEM/HUAN rata-rata minimal 7,5 untuk IPS dan 7 untuk IPA. Usia pada saat pembukaan Pendidikan Pembentukan Taruna/i Akpol, merujuk tahun 2003, maksimal 22 tahun untuk AMA/SMU/MA, 23 tahun untuk Umum (D3/S1), 24 tahun untuk Bintara/Tamtama Polri. Tinggi badan minimal: Pria: 163 cm, Wanita: 160 cm. Belum pernah menikah dan sangggup tidak menikah selama pendidikan. Bersedia menjalani ikatan dinas pertama selama 10 tahun terhitung sejak dilantik menjadi perwira Polri. Tidak sedang terikat perjanjian ikatan dinas dengan instansi lain.
Bagi yang sudah bekerja tetap sebagai pegawai/karyawan/anggota Polri: Mendapat persetujuan/rekomendasi Kepala Jawatan/Instansi/Satker bersangkutan. Bersedia dilepas dari status pegawai/karyawan/anggota Polri bila diterima dan ikut pendidikan Taruna/i Akpol. Khusus anggota Polri yang saat mendaftar memiliki masa dinas 2 tahun dan Daftar Penilaian minimal 75:
· Mengikuti dan lulus ujian/pemeriksaan yang meliputi: Pemeriksaan kelengkapan administrasi. Tes parade/peragaan. Tes kemampuan jasmani. Tes psikologi. Tes potensi akademik, meliputi Pengetahuan Umum, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Tes kesehatan badan. Pantukir (tingkat daerah dan pusat). Penelusuran mental kepribadian.
· Berdomisili di wilayah Polda setempat minimal 1 tahun. Ini dibuktikan dengan KTP dan Kartu Keluarga atau lulusan SMA/SMU/MA di wilayah Polda setempat dengan lama pendidikan minimal 1 tahun.
· Diutamakan calon yang mempunyai Talent Scouting: Prestasi Ilmu Pengetahuan minimal tingkat nasional. Kemahiran/keterampilan komputer/analis komputer. Kemampuan berbahasa asing aktif minimal setingkat Post-Intermediate. Hal-hal lain yang berkaitan dengan persyaratan penerimaan calon Taruna/i Akpol TA 2002 akan diatur dalam Surat Keputusan tersendiri.
Jalur pendaftaran: Seleksi: 1. Pemeriksaan kelengkapan administrasi. 2. Tes parade/peragaan. 3. Tes kemampuan jasmani. 4. Tes psikologi. 5. Tes akademik (Pengetahuan Umum, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Tes Kesehatan Badan, Pantukir dan Penelusuran Mental (Kepribadian).
BIAYA PENDIDIKAN
Seluruh biaya pendidikan ditanggung oleh negara.
Lain-lain
Kerjasama dengan perguruan tinggi/lembaga dalam negeri: Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, Universitas Gajah Mada, Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto, Universitas Katolik Soegiyopranoto Semarang, Sekolah Tinggi Farming Semarang.
Kerjasama dengan instansi lain: Polda-polda dan jajarannya, Pemda Provinsi dan jajarannya, Pemerintah Kota Semarang. Pengembangan sistem belajar mengajar di Akpol: a. Bentuk ceramah, simulasi, kuliah kerja, diskusi, karya tulis dan tutorial. b. Latihan: Matra Kepolisian, Integratif (Latsitarda, Porsimaptar). c. Pengasuhan Taruna mencakup 6 aspek makro: 1. Mental spiritual dan ideologi. 2. Watal insal Bhayangkara. 3. Kepemimpinan. 4. Keterampilan matra Kepolisian. 5. Motivasi belajar dan olah pikir. 6. Ketrampilan olahraga dan kesamaptaan jasmani.
Sabtu, 21 Januari 2017
Minggu, 15 Januari 2017
Profil Akpol
Akademi Kepolisian


Akademi Kepolisian atau sering disingkat Akpol adalah sebuah lembaga pendidikan untuk mencetak perwira Polri. adalah unsur pelaksana pendidikan pembentukan Perwira Polri yang berada di bawah Kalemdikpol. Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Akpol bertujuan menyelenggarakan pendidikan pembentukan Perwira Polri tingkat Akademi. Lama pendidikan 4 tahun dengan output pangkat Inspektur Dua Polisi. Pendekatan pendidikan melalui metode pembelajaran, pelatihan dan pengasuhan.
Sejarah Perkembangan
Perjalanan sejarah Akademi kepolisian telah mengalami berbagai perubahan secara organisasi maupun tempat domisilinya sampai pada akhirnya menetap di Semarang.Tonggak berdirinya Akademi Kepolisian dimulai setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, para cendikiawan bangsa Indonesia mengambil alih kekuasaan pendidikan dari penjajah Jepang. Ambil alih tersebut termasuk pendidikan kepolisian “ Jawea Keisatsu Gakka” selanjutnya diganti menjadi Sekolah polisi Negara RI di Sukabumi. Sekolah inilah nantinya akan menjadi cikal bakal Akademi Kepolisian.
Pada tanggal 10 Juli 1959, Dengan Skep Presiden No. : 253/1959, Kepolisian Negara RI berubah menjadi Angkatan Kepolisian RI, dengan demikian Sekolah Polisi Negara di Sukabumi yang merupakan penyatuan dari Sekolah Inspektur Polisi di Bukit Tinggi dan Jogjakarta berubah menjadi Sekolah Angkatan Kepolisian. Selanjutnya, pada tanggal 1 Oktober 1965, Sekolah Angkatan Kepolisian RI berubah menjadi Akademi Angkatan Kepolisian (AAK), diresmikan oleh Men Pangak Irjen. Pol Soetjipto Judodiharjo, dengan Skep Menhankam Pangab No.:468/5/B/65/M , pada tanggal 1 Oktober ini yang kemudian diperingati sebagai hari jadi Akademi Kepolisian. Pataka AAK berfalsafah Atmaniwedana Aryawirya Kretakarma diserahterimakan. Pada tanggal 16 Desember 1966, AAK diubah menjadi AKABRI bagian Kepolisian. Pada tanggal 29 Januari 1967, dibuka AKABRI bagian umum di Magelang dengan Taruna berasal dari pengiriman dari masing-masing angkatan dan Polri, Setelah menyelesaikan pendidkan selama 1 tahun di Magelang, Taruna AKABRI bagian Kepolisian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan matra Kepolisian selama 3 tahun. Perjalanan sejarah selanjutnya pada tanggal 1 Juli 1980, Komplek AKABRI bagian Kepolisian di Semarang diresmikan penggunaannya oleh Kapolri Jendral PO. Drs. Awaloeddin Djamin MPA. Dengan Skep Kapolri No. POL Skep/36/I/1985 tanggal 24 Januari 1985 AKABRI Kepolisian berubah menjadi Akademi Kepolisian setelah AKABRI bagian dialihkan kembali kepada angkatan masing-masing, dan ditetapkan pula Pataka Akpol dengan tambahan pita di atas lambang bertuliskan Akademi Kepolisian, sasanti di bawah gambar lambang menjadi bertuliskan Atmaniwedana Kretakrama Aryawirya, gambar dibalik lambang semula lambang Akabri ” Bhineka eka Bhakti ” menjadi lambang Polri “Tribrata”.
Memasuki periode sejarah reformasi di Indonesia, sejarah Akademi Kepolisian mengalami perubahan dengan dikeluarkan Skep Kapolri No.Pol : Skep/389/IV/1999 tanggal 9 April 1999 tentang Akademi Kepolisian Mandiri, maka sejak 10 April 1999 Akpol dinyatakan terpisah dari AKMIL, AAL, AAU serta teknis administrasi juga lepas dari Mako Akademi TNI. Akhirnya, perubahan terjadi pada logo Akademi Kepolisian pada tanggal 24 Oktober 2003, dengan diresmikannya oleh Kapolri Jenderal Polisi Da’i Bachtiar, penggunaan Logo Akademi Kepolisian yang baru dengan mengganti kata-kata “Atmaniwedana – Kretakarma – Aryawirya” dengan kata-kata “Dharma – Bijaksana – Ksatria” dan pita bertuliskan “Akademi Kepolisian” yang semula terpisah di bagian atas disatukan menjadi satu kesatuan yang utuh dalam perisai Tri-Brata.[1]
Nama Batalyon Akpol
- 1968 Dharma
- 1970 Waspada
- 1971 Satya Brata
- 1972 Tansa Trisna
- 1973 Pratidina
- 1974 Praja Gupta
- 1975 Kerta Karma
- 1976 Arya Wirya
- 1977 Dirot Saha
- 1978 Paramarta
- 1980 Atidhira
- 1981 Anindhita
- 1982 Pratistha
- 1983 Divia Cita
- 1984 Jagratara
- 1985 Jananuraga
- 1986 Arya Guna
- 1987 Rekonfu
- 1988a Atmani Wedana
- 1988b Adhi Pradana
- 1989 Dharana Latsarya
- 1990 Dhira Brata
- 1991 Bhara Daksa
- 1992 Pratisara Wirya
- 1993 Pesat Gatra
- 1994 Tunggal Panaluan
- 1995 Patria Tama
- 1996 Wira Satya
- 1997 Wira Pratama
- 1998 Parama Satwika
- 1999 Endra Dharmalaksana
- 2000 Sanika Satyawada
- 2001 Sarja Arya Racana
- 2002 Wicaksana Laghawa
- 2003 Tantya Sudhirajati
- 2004 Tatag Trawang Tungga
- 2005 Tathya Dharaka
- 2006 Setia
- 2007 Bakti Satria
- 2008 Parahita Raksaka
- 2009 Ananta Hira
- 2010 Dharma Ksatria
- 2010 Rinaksa Sakalamandala
- 2012 Wiratama Bhayangkara
- 2013 Budi Luhur Bhayangkara
- 2015 Anindya Yodha
- 2016 Satryo Pambudi Luhur
- 2017 Hastadharana
- 2018 Prawira Hirya
- 2019 Wicaksana Adhimanggala
Sabtu, 14 Januari 2017
Biografi Hoegeng - Polisi Paling Jujur Di Indonesia

Kehidupan Hoegeng Imam Santoso
Hoegeng kecil juga dididik dalam keluarga yang menekankan kedisiplinan dalam segala hal. Hoegeng mengenyam pendidikan dasarnya pada usia enam tahun pada tahun 1927 di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Tamat dari HIS pada tahun 1934, ia memasuki Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di Pekalongan.
Pada tahun 1937 setelah lulus MULO, ia melanjutkan pendidikan ke Algemeene Middlebare School (AMS) pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Pada saat bersekolah di AMS, bakatnya dalam bidang bahasa sangatlah menonjol. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang suka bicara dan bergaul dengan siapa saja tanpa sungkan-sungkan dengan tidak mempedulikan ras atau bangsa apa.
Masuk Pendidikan dan Menjadi Kapolri
Kemudian pada tahun 1940, saat usianya menginjak 19 tahun, ia memilih melanjutkan kuliahnya di Recht Hoge School (RHS) di Batavia. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952).
Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966.
Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo.

Banyak hal terjadi selama kepemimpinan Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Pertama, Hoegeng melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Kedua, adalah soal perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).
Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol. Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional, International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.
Membongkar Kasus Besar
Selama ia menjabat sebagai kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Pertama kasus Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur, Sumarijem, yg diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya, korban perkosaan malah dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu. Lalu merembet dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terang ketika persidangan digelar tertutup. Wartawan yg menulis kasus Sum harus berurusan dengan Dandim 096. Hoegeng kemudian bertindak.
....Kita tidak gentar menghadapi orang orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, walaupun keluarga sendiri, kalau salah tetap kita tindak. Geraklah the sooner the better, tegas Hoegeng di halaman 95.Kasus lainnya yg menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby Tjah jadi. Berkat jaminan, pengusaha ini hanya beberapa jam mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkua sanya si penjamin sampai Kejaksaan Jakarta Raya pun memetieskan kasus ini. Siapakah si penjamin itu? Tapi, Hoegeng tak gentar. Di kasus penyelundupan mobil mewah berikutnya, Robby tak berkutik. Pejabat yg terbukti menerima sogokan ditahan.
Rumor yg santer, gara-gara membongkar kasus ini pula yg menyebabkan Hoegeng di pensiunkan, 2 Oktober 1971 dari jabatan kapolri. Kasus ini ternyata melibatkan sejumlah pejabat dan perwira tinggi ABRI (hlm 118). Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti menyenangkan. Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai. Semua itu diperoleh dari sogokan para pengusaha.
Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto. Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.
....Begitu dipensiunkan, Bapak kemudian mengabarkan pada ibunya. Dan ibunya hanya berpesan, selesaikan tugas dengan kejujuran. Karena kita masih bisa makan nasi dengan garam,” ujar Roelani. “Dan kata-kata itulah yang menguatkan saya,” tambahnya.Benhenti Menjadi Kapolri
Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971, dan ia kemudian digantikan oleh Komisaris Jenderal Polisi Drs. Moh. Hasan. Pemberhentian Hoegeng dari jabatannya ini menyisakan sejumlah tanda tanya di antaranya karena masa jabatannya sebagai Kapolri saat itu belum habis.
Berbagai spekulasi muncul berkaitan dengan pemberhentiannya tersebut, antara lain dikarenakan figurnya terlalu populer dikalangan pers dan masyarakat. Selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa ia diganti karena kebijaksanaannya tentang penggunaan helm yang dinilai sangat kontroversi.
Kesederhanaan Hoegeng Imam Santoso
Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yg anti disogok. Pria yg pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah. Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yg kemudian menjadi satu-satunya mobil yg ia miliki.
Pengabdian yg penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari. Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yg masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.
Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran. Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri.
“Bahkan anak-anak tak berani untuk meminta sebuah sepeda pun,” kata Merry.
Aditya, salah seorang putra Hoegeng bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu. “Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.
Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng. Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.
Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis. Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga. Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500!
Dalam acara Kick Andy, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000. Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia yang ke 83 tahun. Ia meninggal karena penyakit stroke dan jantung yang dideritanya. Hoegeng mengisi waktu luang dengan hobi melukisnya.

Itulah sekadar beberapa catatan kenangan untuk Pak Hoegeng yg baru saja meninggalkan kita. Seorang yg hidupnya senantiasa jujur, seorang yg menjadi simbol bagi hidup jujur, dan simbol bagi kejujuran yg hidup.
Tak heran, Almarhum Gus Dur pernah berkata,
Itulah kisah inspiratif dari perjalanan hidup yang penuh dengan kejujuran dari seorang Hoegeng, semoga biografi Hoegeng ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih...Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng.
Minggu, 08 Januari 2017
Apa sih kegiatan TARUNI AKPOL??(catatan seorang pengasuh)
Pada akhir kelulusan saya dari taruna menjadi Perwira pada akhir tahun 2002 ,ada” nuansa bening” ehh lagu kaliii yaa , yang di maksud penulis adalah nuansa yang berbeda dari AKPOL dibandingkan dengan Akademi TNI yang biasanya hanya merekrut Taruna pada tahun 2002 AKPOL menerima pendaftaran taruni Akpol .Ini menyesuaikan dengan perkembangan jaman yaitu persamaan gender yang diinspirasi ole Presiden Indonesia saat itu Ibu Megawati .Presiden menginginkan adanya peserta didik dari perempuan didalam pembentukan Perwira di dalam Akademi yaitu Taruni .Polri melalui Akpol yang langsung menyesuaikan dengan keinginan Presiden dengan membuka kesempatan bagi perempuan yang baru lulus SMU untuk mendaftar menjadi TARUNI pada tahun 2002 .Rekruitmen dan seleksi Taruni hampir sama dengan penerimaan Taruna dimulai dari pemeriksaan administrasi ,Tes kesampataan jasmani ,tes akademis,Psiko tesdan mental kejiwaan ,tes postur sampai ke seleksi pusat yaitu Pantukhir di Semarang Akpol.Saat penulis menjadi Taruna memang” full of cowok ” selama 3 (tiga ) tahun sehingga dalam menjalani pendidikan kadang- kadang membuat jenuh hehe..saat lulus menjadi perwira kembali dari Pelantikan Perwira dari istana negara di Resimen kami melihat Cabhatar ada 2 pleton taruni membuat suasana menjadi lebih berwarna lebih fresh di kampus Akpol .Itulah perbedaan mendasar dari Akademi Kepolisian dengan Akademi TNi yaitu adanya Taruni sejak Tahun 2002 .Pada tahun 2006 perwira lulusan Taruni meraih prestasi mendapatkan gelar Adhi Makayasa yaitu penghargaan tertinggi disegala aspek sebagai taruna terbaik di AKPOL .pada kesempatan ini Mungkin ada beberapa orang yang masih belum tau apa saja kegiatan taruni apakah sama dengan taruna ?? atau kegiatan taruni yang diikuti lebih ringan dari taruna??..Sebagai pengasuh Taruna AKPOL den 43,pengertian detasemen adalah batalyon atau angkatan ke 43 Akpol dengan nama den Rinaksa Sakalamandala ,Just for your information Taruna -taruni yang saya asuh saat ini adalah Taruna tingkat 3 bersumber dari lulusan sarjana s1 dan s2 yang hanya mengikuti pendidikan Akpol selama 2 (dua ) tahun yang mudah-mudahan pada bulan juni akan Naik tingkat 4( empat ) setelah itu bila Lulus akan dilantik sebagai Perwira pada bulan Desember akhir Tahun 2010.Setiap hari penulis bertugas untuk mengikuti dan mengawasi kegiatan taruni -taruna sehingga penulis bisa memberikan gambaran kegiatan yang diikuti oleh taruna-taruni yang diasuh, Kegiatan taruni sama dengan Taruna tetapi ada beberapa keringanan dari kegiatan fisik nya seperti saat mengalami “tamu bulanan “karena sebagai kodratnya tenaga wanita beda dengan laki-laki tetapi bukan berarti Taruni mengikuti kegiatan yang lebih ringan dari taruna . Kegiatan taruni sama dengan taruna (karena jadwal kalender pendidikan sama dengan taruna disebabkan ikatan satu angkatan ) jadi kegiatan taruni sangat padat disamping mengikuti proses belajar ,Taruni juga mengikuti kegiatan praktek lapangan seperti menembak ,Judo ,lari siang dan banyak kegiatan lain.taruni akpol dididik untuk menjadi perwira Polri yang handal yang siap kerja untuk melayani dan melindungi masyarakat sama seperti taruna .Tempat tinggal dan pengasuh taruni berbeda dengan taruna ,taruni diasuh oleh Polwan .mungkin saya banyak menjelaskan melalui visual yaitu foto-foto kegiatan supaya ada gambaran kepada yang ingin tahu gimana sih pendidikan taruni di Akpol ,meskipun tidak semuanya tapi bisa membuat motivasi bagi adek - adek yang ingin menjadi taruni atau yang ingin tahu apa sih Taruni AKPOL yang sebutannya” Ceko”(cewek Komando).
everyday is a learning process
inilah sebagian kegiatan taruni di akademi kepolsian:
- taruni latihan menembak


Sabtu, 07 Januari 2017
KURIKULUM AKPOL “WORLD CLASS”
Kurikulum Akpol disusun berdasarkan pendekatan kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendidikan dilaksanakan melalui proses pembelajaran, pelatihan dan pengasuhan dengan tujuan untuk membentuk Taruna menjadi anggota Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta penegak hukum yang profesional, modern dan bermoral.
Profil Lulusan Pendidikan Pembentukan Akpol :
adalah sebagai Manajer Tingkat Pertama (first line supervisor) Tugas Umum Kepolisian yang Akademisi dan Praktisi dengan Kompetensi :
a. mampu untuk melaksanakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
b. mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan dan mengkoordinasikan tugas pokok kepolisian dalam rangka menangkal timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban serta penyakit masyarakat dengan menggunakan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang relevan dan teknologi informasi.
c. Kemampuan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam rangka pelaksanaan tugas pokok kepolisian yang didukung oleh kepribadian luhur, mental yang tangguh dan kesamaptaan yang prima.
a. mampu untuk melaksanakan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
b. mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan dan mengkoordinasikan tugas pokok kepolisian dalam rangka menangkal timbulnya gangguan keamanan dan ketertiban serta penyakit masyarakat dengan menggunakan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang relevan dan teknologi informasi.
c. Kemampuan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam rangka pelaksanaan tugas pokok kepolisian yang didukung oleh kepribadian luhur, mental yang tangguh dan kesamaptaan yang prima.
Tujuan Pendidikan :
Menciptakan lulusan Akademi Kepolisian untuk menjadi pimpinan Polri masa depan dengan kriteria :
a. Sebagai Abdi Negara dan masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, arif, profesional, patuh hukum, bersikap / berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kejujuran sesuai dengan etika profesi kepolisian.
c. Mahir dalam melaksanakan tugas tugas Kepolisian secara proporsional.
d. Memiliki kemampuan melaksanakan tugas tugas dan fungsi kepolisian dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, serta penegak hukum.
e. Mampu memangku jabatan pada organisasi kepolisian di lini terdepan.
Sasaran Pendidikan :
a. Proses pendidikan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi
b. Sistem pembelajaran menunjuk kepada kurikulum berbasis kompetensi untuk mengembangkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik.
c. Sistem pelatihan menunjuk kepada kurikulum berbasis kompetensi untuk mengembangkan ketrampilan profesi dan kecakapan bertindak.
d. Sistem pengasuhan menunjuk kepada kurikulum berbasis kompetensi untuk membentuk sikap, mental, moral dan perilaku terpuji.
a. Sebagai Abdi Negara dan masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, arif, profesional, patuh hukum, bersikap / berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kejujuran sesuai dengan etika profesi kepolisian.
c. Mahir dalam melaksanakan tugas tugas Kepolisian secara proporsional.
d. Memiliki kemampuan melaksanakan tugas tugas dan fungsi kepolisian dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, serta penegak hukum.
e. Mampu memangku jabatan pada organisasi kepolisian di lini terdepan.
Sasaran Pendidikan :
a. Proses pendidikan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi
b. Sistem pembelajaran menunjuk kepada kurikulum berbasis kompetensi untuk mengembangkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik.
c. Sistem pelatihan menunjuk kepada kurikulum berbasis kompetensi untuk mengembangkan ketrampilan profesi dan kecakapan bertindak.
d. Sistem pengasuhan menunjuk kepada kurikulum berbasis kompetensi untuk membentuk sikap, mental, moral dan perilaku terpuji.
TAHAPAN PENDIDIKAN :
A. LAMA PENDIDIKAN
10 semester akademik = 3 tahun 4 bulan (40 bulan / 160 minggu)
*) 1 semester akademik (smt akd) = 16 minggu
B. POLA PENDIDIKAN
1 – 5 – 4 dengan pengertian :
> 1 smt akd (4 bulan) Program Dasar Pemolisian (Pendidikan Dasar Bhayangkara = DikDasBhara)
Tujuan mengubah sikap mental (switching mental) dari masyarakat sipil (pure civilian) menjadi polisi sipil (civillian police).
> 5 smt akd (20 bulan) Program Pembentukan Perwira Pertama
Program ini bertujuan untuk membentuk Perwira Pertama Polisi yang berperilaku sebagai insan bhayangkara dan memberikan landasan dalam bentuk keilmuan, keterampilan dan penugasan kompetensi profesi kepolisian dengan penekanan pengembangan kematangan berpikir guna memberikan ruang kebebasan yang bertanggung jawab sebagai calon perwira Polri.
> 4 smt akd (16 bulan) Program Perwira Sarjana
Pelaksanaan pendidikan untuk memperluas wawasan kehidupan bermasyarakat dan memperkuat penguasaan serta memantapkan perilaku untuk berkarya secara profesional dan proporsional dalam tugas di lapangan, dalam tahap ini diakhiri dengan penulisan skripsi.
A. LAMA PENDIDIKAN
10 semester akademik = 3 tahun 4 bulan (40 bulan / 160 minggu)
*) 1 semester akademik (smt akd) = 16 minggu
B. POLA PENDIDIKAN
1 – 5 – 4 dengan pengertian :
> 1 smt akd (4 bulan) Program Dasar Pemolisian (Pendidikan Dasar Bhayangkara = DikDasBhara)
Tujuan mengubah sikap mental (switching mental) dari masyarakat sipil (pure civilian) menjadi polisi sipil (civillian police).
> 5 smt akd (20 bulan) Program Pembentukan Perwira Pertama
Program ini bertujuan untuk membentuk Perwira Pertama Polisi yang berperilaku sebagai insan bhayangkara dan memberikan landasan dalam bentuk keilmuan, keterampilan dan penugasan kompetensi profesi kepolisian dengan penekanan pengembangan kematangan berpikir guna memberikan ruang kebebasan yang bertanggung jawab sebagai calon perwira Polri.
> 4 smt akd (16 bulan) Program Perwira Sarjana
Pelaksanaan pendidikan untuk memperluas wawasan kehidupan bermasyarakat dan memperkuat penguasaan serta memantapkan perilaku untuk berkarya secara profesional dan proporsional dalam tugas di lapangan, dalam tahap ini diakhiri dengan penulisan skripsi.
C. TAHAP PENDIDIKAN
> Tahap I (Semester I) Tingkat I Dikdasbhara
Calon Bhayangkara Taruna (Chabatar)
> Tahap II (Semester II,III & IV) Tingkat II
Brigadir Dua Taruna (Brigdatar)
> Tahap III (Semester V,VI & VII) Tingkat III
Brigadir Satu Taruna (Brigtutar)
> Tahap IV (Semester VIII, IX & X) Tingkat IV
Brigadir Taruna (Brigtar)
Setelah Taruna menyelesaikan tahap pendidikan Smt I dengan mata kuliah dan jadwal yang sama maka untuk Smt VI s/d X akan dikelompokkan sesuai Program Studi (Jurusan) dari hasil tes Potensi Akademi yang bersangkutan antara lain :
> Program Studi Kepolisian (Tugas-tugas Bantuan Teknis (Bantek))
> Program Studi Administrasi Kepolisian (Bin – Auxillary)
> Program Studi Operasional Kepolisian (Fungsi Teknis Kepolisian)
> Tahap I (Semester I) Tingkat I Dikdasbhara
Calon Bhayangkara Taruna (Chabatar)
> Tahap II (Semester II,III & IV) Tingkat II
Brigadir Dua Taruna (Brigdatar)
> Tahap III (Semester V,VI & VII) Tingkat III
Brigadir Satu Taruna (Brigtutar)
> Tahap IV (Semester VIII, IX & X) Tingkat IV
Brigadir Taruna (Brigtar)
Setelah Taruna menyelesaikan tahap pendidikan Smt I dengan mata kuliah dan jadwal yang sama maka untuk Smt VI s/d X akan dikelompokkan sesuai Program Studi (Jurusan) dari hasil tes Potensi Akademi yang bersangkutan antara lain :
> Program Studi Kepolisian (Tugas-tugas Bantuan Teknis (Bantek))
> Program Studi Administrasi Kepolisian (Bin – Auxillary)
> Program Studi Operasional Kepolisian (Fungsi Teknis Kepolisian)
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan / pengetahuan dari tenaga pendidikan kepada peserta didik.
Metode pembelajaran yang diterapkan harus mampu : Membangkitkan/membangun motifasi belajar peserta didik; Menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik secara evektif; Menjadikan peserta didik mengetahui, memahami dan dapat mengaplikasi materi pembelajaran yang disampaikan; Menjadikan peserta didik dapat menerima, merespon dan menilai materi pembelajaran yang disampaikan; Menjadikan peserta didik dapat meniru dan menginternalisasi materi pembelajaran yang disampaikan; Menggugah pertisipasi peserta didik dan selanjutnya metode pembelajaran yang diterapkan selalu dievaluasi dan diawasi pengembangannya. Berikut metode-metode pembelajaran :
Metode pembelajaran yang diterapkan harus mampu : Membangkitkan/membangun motifasi belajar peserta didik; Menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik secara evektif; Menjadikan peserta didik mengetahui, memahami dan dapat mengaplikasi materi pembelajaran yang disampaikan; Menjadikan peserta didik dapat menerima, merespon dan menilai materi pembelajaran yang disampaikan; Menjadikan peserta didik dapat meniru dan menginternalisasi materi pembelajaran yang disampaikan; Menggugah pertisipasi peserta didik dan selanjutnya metode pembelajaran yang diterapkan selalu dievaluasi dan diawasi pengembangannya. Berikut metode-metode pembelajaran :
a. Pengajaran : pada pelajaran teori menggunakan metode tutorial yang meliputi mini lecture, tanya jawab, diskusi, simulasi, bermain peran, peragaan dan drill. Pada pelajaran praktek menggunakan metode penugasan, kerjasama, tutorial dan demonstrasi.
b. Pelatihan : pada pelatihan menggunakan sistem bertingkat, berlanjut, bertahap dan uji coba pelaksanaan.
c. Pengasuhan : pada pengasuhan diterapkan azas-azas; saling asah, asih dan asuh serta menerapkan metode suri tauladan, partisipasi, pengawasan, observasi dan bimbingan penyuluhan dan bimbingan conseling.
b. Pelatihan : pada pelatihan menggunakan sistem bertingkat, berlanjut, bertahap dan uji coba pelaksanaan.
c. Pengasuhan : pada pengasuhan diterapkan azas-azas; saling asah, asih dan asuh serta menerapkan metode suri tauladan, partisipasi, pengawasan, observasi dan bimbingan penyuluhan dan bimbingan conseling.
PELATIHAN :
TUJUAN :
1) Edukatif (Pelatihan bertujuan dapat memberikan pengalaman praktis dalam menghadapi situasi tugas yang riil dan akan ditemui ketika para taruna dan siswa PPSS bertugas sebagai anggota Polri.
2) Analisa (Pelatihan bertujuan melatih kemampuan Taruna Akpol dan siswa PPSS dalam
menganalisis berbagai permasalahan terkait dengan pelaksanaan tugas kepolisian.
3) Integratif (Pelatihan bertujuan membentuk sikap saling pengertian dalam pola pikir, pola tindak maupun pola sikap dalam ikatan kelompok, dimulai dari tingkat unit kecil sampai dengan tingkat satuan nantinya di lapangan/tempat tugas. Hal ini mengingat diperlukannya satu kebutuhan team work dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan untuk dapat berhasil.
TUJUAN :
1) Edukatif (Pelatihan bertujuan dapat memberikan pengalaman praktis dalam menghadapi situasi tugas yang riil dan akan ditemui ketika para taruna dan siswa PPSS bertugas sebagai anggota Polri.
2) Analisa (Pelatihan bertujuan melatih kemampuan Taruna Akpol dan siswa PPSS dalam
menganalisis berbagai permasalahan terkait dengan pelaksanaan tugas kepolisian.
3) Integratif (Pelatihan bertujuan membentuk sikap saling pengertian dalam pola pikir, pola tindak maupun pola sikap dalam ikatan kelompok, dimulai dari tingkat unit kecil sampai dengan tingkat satuan nantinya di lapangan/tempat tugas. Hal ini mengingat diperlukannya satu kebutuhan team work dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan untuk dapat berhasil.
PENGASUHAN :
TUJUAN :
Pengasuhan Taruna bertujuan untuk merubah, membentuk, menumbuh kembangkan, dan mendewasakan sikap perilaku Taruna untuk menjadi insan Bhayangkara yang mahir, terpuji, dan patuh hukum serta mampu memahami, menghayati dan mengamalkan perangkat nilai-nilai dasar yang terkandung didalam Tri Brata dan Catur Prasetya.
SASARAN :
1) Perubahan sikap mental menuju karakter Polisi Sipil melalui penanaman nilai-nilai dasar Tri Brata dan Catur Prasetya.
2) Kedewasaan dalam membina kemampuan akademis yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu kepolisian serta kemampuan memecahkan permasalahan.
3) Tingkat motivasi dalam membentuk keterampilan taktik dan teknis Kepolisian dalam rangka menghadapi setiap bentuk gangguan kamtibmas yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
4) Kesamaptaan fisik, ketrampilan olah raga dan kompetensi lainnya yang menjadi potensi Taruna dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas baik selama menjadi Taruna maupun Perwira Polri.
PELAKSANAAN PENGASUHAN :
1) Tingkat I :
Diperkenalkan nilai-nilai dasar Taruna Akpol dan persiapan mental dan fisik untuk menjadi Taruna.
2) Tingkat II :
Dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik dan kesamaptaan jasmani sehingga tercipta fondasi kokoh yang mencerminkan postur ideal seorang Taruna
3) Tingkat III :
Dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik dan kesamaptaan jasmani sehingga mampu menguasai dasar ilmu dan etika profesi kepolisian.
4) Tingkat IV
Dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik dan kesamaptaan jasmani sehingga terbentuk Perwira Muda Polri yang profesional dan siap melaksanakan tugas Kepolisian.
TUJUAN :
Pengasuhan Taruna bertujuan untuk merubah, membentuk, menumbuh kembangkan, dan mendewasakan sikap perilaku Taruna untuk menjadi insan Bhayangkara yang mahir, terpuji, dan patuh hukum serta mampu memahami, menghayati dan mengamalkan perangkat nilai-nilai dasar yang terkandung didalam Tri Brata dan Catur Prasetya.
SASARAN :
1) Perubahan sikap mental menuju karakter Polisi Sipil melalui penanaman nilai-nilai dasar Tri Brata dan Catur Prasetya.
2) Kedewasaan dalam membina kemampuan akademis yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu kepolisian serta kemampuan memecahkan permasalahan.
3) Tingkat motivasi dalam membentuk keterampilan taktik dan teknis Kepolisian dalam rangka menghadapi setiap bentuk gangguan kamtibmas yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
4) Kesamaptaan fisik, ketrampilan olah raga dan kompetensi lainnya yang menjadi potensi Taruna dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas baik selama menjadi Taruna maupun Perwira Polri.
PELAKSANAAN PENGASUHAN :
1) Tingkat I :
Diperkenalkan nilai-nilai dasar Taruna Akpol dan persiapan mental dan fisik untuk menjadi Taruna.
2) Tingkat II :
Dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik dan kesamaptaan jasmani sehingga tercipta fondasi kokoh yang mencerminkan postur ideal seorang Taruna
3) Tingkat III :
Dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik dan kesamaptaan jasmani sehingga mampu menguasai dasar ilmu dan etika profesi kepolisian.
4) Tingkat IV
Dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik dan kesamaptaan jasmani sehingga terbentuk Perwira Muda Polri yang profesional dan siap melaksanakan tugas Kepolisian.
Langganan:
Postingan (Atom)